"Tulisan karya Reni Hikmalia ini telah terbit di Halaman Budaya Harian Batam Pos edisi 24 Desember 2021"
Bucu Warta
Like 0
Mengenal Cogan, Regalia Kerajaan Johor, Riau, Lingga, dan Pahang
Penulis Bobi - 3 years ago
"Cogan jadi salah satu alat kebesaran atau regalia yang pernah dimiliki oleh Kerajaan Johor, Riau, Lingga, dan Pahang. Namun tahukah, alat kebesaran ini dianggap sangat penting dalam upacara penabalan seorang sultan. Bahkan, sebuah cogan mampu melambangkan legitimasi suatu periode kesultanan"
Menyandang peran sebagai alat kebesaran Kerajaan Johor, Riau, Lingga, dan Pahang, cogan memang punya posisi tersendiri bagi bangsa Melayu. Perannya cukup strategis, karena menjadi simbol kebesaran sekaligus kepemimpinan seorang sultan di masa itu.
Tak heran jika kemudian cogan pernah dibuatkan replikanya, yang berdiri megah di depan Museum Batam Raja Ali Haji di sudut Dataran Engku Putri, Batam Canter. Replika itu menjulang dengan tinggi bangunan tiga meter dan lebar 1,5 meter.
Sebenarnya, cogan yang asli terbuat dari perpaduan emas dan perak yang bertahtakan permata mirah. Bagian utamanya berupa lempengan emas yang menyerupai daun sirih, yang berhiaskan enkripsi berbahasa Melayu, tulisannya menggunakan huruf Arab Melayu.
Menurut Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Muhammad Zen, cogan berfungsi jadi alat kebesaran raja, dan simbol legitimasi seorang sultan. Misalnya, Engku Puteri Raja Hamidah sebagai pemegang regalia Kerajaan Johor, Riau, Lingga, dan Pahang, kedudukannya cukup penting dalam kerajaan besar tersebut.
“Beliau Putri Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda Riau IV. Engku Puteri adalah permaisuri Sultan Mahmud Riayat Syah III, Sultan Johor, Riau, Lingga, dan Pahang. Kedudukan Engku Puteri Raja Hamidah amat penting dalam kerajaan itu. Karena kepadanyalah, diamanahkan oleh Sultan Mahmud Riayat Syah alat-alat kebesaran regalia Kerajaan Johor, Riau, Lingga, dan Pahang,” katanya.
Berfungsi sebagai simbol legitimasi di Kerajaan Johor, Riau, Lingga, dan Pahang, maka dalam setiap penabalan atau pelantikan atau pengangkatan seorang sultan, juga harus memenuhi syarat yakni disertai dengan alat-alat kebesaran. Salah satunya, Cogan.
“Istilahnya, merebut regalia berarti merebut kerajaan, pemerintahan, atau kekuasaan. Dan mengembalikan regalia berarti mengembalikan kerajaan dan pemerintahan yang berdaulat kepada pengganti sultan yang dipilih,” terangnya.
Secara garis besar, isi keseluruhan teks dalam cogan ini dapat dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, bagian pembuka yang berbunyikan seruan dan pujian kepada Allah. Kedua, berisikan silsilah atau asal usul raja-raja Melayu dan kebesaran dan keagungan daulatnya di dalam tanah Melayu. Bagian, ketiga penutup yang berisikan doa dan puji-pujian kepada Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam.
“Juga menjelaskan tentang silsilah Raja-Raja Melayu yang berasal dari Bukit Siguntang, Sumatra Selatan dan berpunca dari Sultan Iskandar Zulkarnain,” ucapnya.
Diceritakan, pentingnya kedudukan cogan antara lain terlihat dalam peristiwa perebutan tahta antara Tengku Husin yang dibela Inggris dan seterunya, Tengku Abdul Rahman yang didukung Belanda pada tahun 1819 sampai 1822. Kedudukan legimitasi seorang sultan yang telah mendorong pihak penjajah Belanda merebutnya dari tangan Engku Puteri Raja Hamidah pada bulan Oktober 1822.
Sejak tahun 1913, cogan dan sejumlah benda lainnya yang pernah menjadi regalia Kerajaan Johor, Riau, Lingga, dan Pahang, telah menjadi koleksi Museum Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen di Batavia dan menjadi bagian dari koleksi Museum Nasional di Jakarta.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardwinata, mengatakan, Melayu memiliki cerita sejarah yang menarik untuk dipelajari. Salah satunya tentang cogan, yang merupakan alat kebesaran Kerajaan Johor, Riau, Lingga, dan Pahang. Karena itu, Ardi mengajak generasi muda mengenal peninggalan budaya.
”Mungkin ada yang jarang mendengarnya, namun tak ada salahnya kita kembali mengingatkan tentang sejarah Cogan kepada generasi miilenial Kota Batam,” katanya.
Kepala Dinas mengaku, pihaknya akan senantiasa menjunjung tinggi kebudayaan Melayu dengan mengenalkan dan merawat warisan budaya di bumi Melayu.
Tak hanya itu, kini informasi tentang cogan bisa didapatkan di Museum Batam Raja Ali Haji yang berlokasi di Dataran Engku Putri, Batam Center. Pengunjung dapat melihat replika cogan pada khazanah Kerajaan Riau Lingga.
“Bagi adik-adik yang ingin mengetahui tentang budaya Melayu, bisa mengunjungi Kantor Disbudpar Kota Batam atau bisa berkunjung ke Museum Batam Raja Ali Haji,” terangnya. (***)
"Tulisan karya Reni Hikmalia ini telah terbit di Halaman Budaya Harian Batam Pos edisi 24 Desember 2021"
"Tulisan karya Reni Hikmalia ini telah terbit di Halaman Budaya Harian Batam Pos edisi 24 Desember 2021"
Like 0
Artikel Terbaru

LAM Batam Gelar Pertemuan dengan Ormas
Bobi - 3 weeks ago
Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepulauan Riau Kota Batam menggelar pertemuan bersama sekitar 50 organisasi masyarakat (ormas) dan paguyuban dari berbagai daerah di Istana Besar Madani Gedung Nong Isa, kant...